Gianyar
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu kabupaten dari 9 kabupaten yang ada di Provinsi Bali yang kaya akan keanekaragaman seni, adat dan budaya yang masi tetap berkembang dan lestari sampai saat ini, sehingga dikenal sebagai Kabupaten Seni. Gianyar berbatasan dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar disebelah Barat, Kabupaten Bangli di sebelah Utara, Kabupaten Bangli dan Klungkung disebelah Timur serta selat Badung dan Samudra Indonesia disebelah Selatan. Terdapat 12 buah sungai melintasi wilayah Gianyar Sebagian besar air sungai dimanfaatkan sebagai irigasi persawahan. Gianyar tidak memiliki gunung berapi.Gianyar memiliki 61 obyek wisata, sampai saat ini 17 yang telah berkembang dan sisanya sangat potensial untuk dapat dikembangkan. Obyek-obyek wisata yang ada diantaranya, 19 obyek peninggalan purbakala, 15 obyek wisata budaya, 7 obyek wisata bahari, 12 obyek alam, 5 obyek wisata rekreasi, 2 obyek wisata wana dan 1 obyek wisata remaja. Keberadaan semua obyek tersebut hampir merata di 7 Kecamatan di Kabupaten Gianyar. Selain itu Gianyar juga memiliki potensi seni budaya diantaranya seni tari, seni musik / tabuh, seni lukis, seni suara maupun seni karya. Gianyar memiliki segudang seniman yang terbesar di seluruh wilayah Kabupaten Gianyar dengan dilengkapi stage yang dikelola sanggar – sanggar seni maupun perorangan yang siap menyambut kedatangan wisatawan.
Kabupaten Gianyar memiliki paling banyak aset museum diantara Kabupaten lainnya di Pulau Bali, diantaranya Museum Arkeologi, Rudana, Neka, Antonio Blanco, Museum Lukisan Ratna Warta, Arma, Museum Pendet dan Museum Runa Jewellery.
Kepariwisataan Gianyar bermula pada tahun 1920-an saat Walter Spies seorang pelukis asing kelahiran Jerman yang menetap di Ubud, di tepi sungai wos tepatnya di Campuhan Ubud. Nama Walter Spies cukup melegenda di Bali. Kemasyuran nama Walter Spies telah tertulis dalam buku “ Bali Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata ” karya penulis Perancis Michael Picard ( 2006 ) sempat diulas kiprah Walter Spies sebagai salah satu Pioneer Pariwisata Bali selama menetap di Ubud. Spies menetap belasan tahun di Bali, selama periode itu Spies menjadi orang yang banyak mengetahui tentang Bali. Dia bahkan menjadi pemandu bagi para seniman, penulis tokoh lainnya yang berkunjung ke Bali.
Kabupaten Gianyar memiliki obyek wisata bahari yang sangat menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Ayung dengan wisata arung jeramnya, pantai-pantai yang membentang di selatan seperti Pantai Lebih dengan nelayan tradisional dan wisata kuliner sate dan ikan bakarnya, Pantai Keramas yang dengan ombaknya yang sangat cocok bagi wisatawan yang senang surfing, Pantai Cucukan, Masceti, Lembeng dan lainnya. Untuk wisata rekreasi, Kabupaten Gianyar memiliki Obyek Wisata Gajah di Desa Taro yang merupakan Taman Wisata Gajah terbaik di Asia yang memberikan pelayanan standar internasional dengan panorama desa Taro yang masih alami dan memikat. Disamping itu juga ada Taman Burung yang terletak di desa Batuan Batubulan, Taman Reptil di desa Singapadu serta yang terbaru adalah Bali Safari and Marine Park yang terletak di desa Serongga yang merupakan Taman Safari terbesar di wilayah Indonesia Timur dengan berbagai koleksi binatang buas dan mamalia yang dibiarkan hisup bebas di habitat yang dirancang khusus sehingga pengunjung seolah – olah ada di habitat aslinya.
Aneka ragam tempat wisata di Kabupaten Gianyar Bali dapat anda kunjungi selama berlibur di Pulau Bali diantara sebagai berikut:
Istana Presiden Tampaksiring
Istana Kepresidenan Tampaksiring berdiri atas prakarsa Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno. Istana Tampaksiring juga merupakan salah satu peninggalan monumental Presiden Soekarno. Gagasannya menjadikan Tampaksiring yang berhawa sejuk sebagai Istana Presiden, meluncur tahun 1957. Penataan kawasan pun langsung dimulai saat itu, karena harus dikerjakan secara bertahap, bangunan seluruhnya baru rampung tujuh tahun kemudian. Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira adalah bangunan pertama yang langsung rampung pembangunannya tahun 1957. Dua bangunan lainnya, Wisma Bima dan gedung serba guna, baru rampung tahun 1963. Istana itu dimanfaatkan sebagai tempat peristirahatan presiden bersama keluarga, juga bagi para tamu negara.Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun di atas lahan seluas lebih dari 19 hektar. Istana Presiden Tampaksiring didukung oleh empat bangunan utama. Tiga di antaranya berupa wisma, yaitu Wisma Merdeka, Wisma Bima, dan Wisma Yudhistira, yang terakhir adalah bangunan serba guna. Wisma Merdeka terdiri dari Ruang Tidur I dan Ruang Tidur II Presiden, Ruang Tidur Keluarga, Ruang Tamu, Ruang Kerja, yang penataannya demikian indah, berhiaskan patung-patung serta lukisan-lukisan pilihan. Wisma Negara terdiri dari Ruang Tamu Negara. Bagian utama Wisma Negara juga sama dengan bagian utama Wisma Merdeka, kedua wisma ini dihubungkan oleh jembatan sepanjang 40 meter dengan lebar 1,5 meter. Tamu-tamu negara dari negara-negara sahabat, yang datang berkunjung untuk membina persahabatan, selalu diantar melalui jembatan ini dari Wisma Merdeka ke Wisma Negara. Itulah sebabnya, jembatan ini disebut Jembatan Persahabatan. Wisma Yudhistira terletak di sekitar tengah kompleks Istana Tampaksiring, merupakan tempat menginap rombongan Presiden atau rombongan tamu negara yang sedang berkunjung ke Istana Tampaksiring. Wisma Bima terletak di sebelah barat laut Wisma Merdeka berfungsinya sebagai tempat beristirahat para pengawal serta petuga yang melayani Presiden beserta keluarga atau para tamu negara. Wisatawan yang ingin mengunjungi istana ini terlebih dahulu harus bersurat ke Rumah Tangga Istana, karena Istana tidak dibuka untuk umum.
Tampaksiring juga memberikan kenyamanan kepada pengunjungnya (dalam rangka kepariwisataan) dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Koro Agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya. Dalam rangka menyongsong kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV (ASEAN Summit XIV) yang diselenggarakan pada tanggal 7-8 Oktober 2003, Istana Tampaksiring menambahkan bangunan baru berikut fasilitas - fasilitasnya, yaitu gedung untuk Konferensi dan untuk resepsi. Selain itu, istana juga merenovasi Balai Wantilan sebagai gedung pagelaran kesenian.
Pantai Lebih
Salah satu pantai di Gianyar adalah Pantai Lebih, yang berjarak sekitar 7 km dari Kota Gianyar. Lokasi pantai ini terletak di desa Lebih. Dari pantai ini pengunjung bisa melihat gambaran pulau lombok dari barat karena pantai ini memang di batasi oleh pulau lombok pada bagian timur. Untuk sebelah selatan, wisatawan bisa melihat bentuk pulau Nusa Penita yang terkenal.
Pantai Lebih memiliki kealamian dan keasrian yang akan memukau setiap wisawatan yang berkunjung ke pantai ini. Hamparan pasir hitam akan menyambut pengunjung. Di pantai ini selain bisa melakukan aktifitas di lautnya, juga bisa menyantap aneka hidangan bernuansa laut yang sangat lezat. Pantai ini memang relatif sepi pada hari biasa, sehingga menawarkan hal yang berbeda bagi wisatawan, yaitu ketenangan. Suasananya yang aman, tentram, dan tenang membuat pantai ini pantas dijadikan lokasi liburan bagi Anda sekeluarga. Setiap hari libur jumlah kunjungan pantai ini akan meningkat, berbeda dengan hari biasanya.
Pantai ini dilengkapi dengan area parkir yang luas, warung-warung yang menjual makanan dan minuman serta kolam. Masyarakat sekitar pantai sepakat untuk menjaga pantai ini agar tetap bersih, sehat dan nyaman dengan cara bersama-sama bergotong royong membersihkan pantai.
Ubud
Ubud dikenal karena seni dan budaya yang berkembang sangat pesat dan maju dalam tatanan kehidupan masyarakatnya. Kesenian menjadi denyut nadi kehidupan masyarakat yang tidak bisa dilepaskan dari rutinitas kehidupan mereka. Ubud merupakan pusat kesenian di Bali. Ubud terkenal akan seni lukisnya, seni patung, seni tabuh juga seni tarinya. Di sini banyak terdapat galeri-galeri seni, serta arena pertunjukan musik dan tari yang digelar setiap malam secara bergantian di setiap penjuru desa. Daerah ini sudah sangat terkenal sejak lama. Sejak tahun 1920-an ketika seniman, komponis dan sarjana barat datang dan melakukan riset disana sambil menikmati hidup di Ubud. Kala itu pelukis Jerman Walter Spies, pelukis Belanda Rudolf Bonnet dan juga Antonio Blanco yang berasal dari Spanyol menetap di sana. Mereka dibantu oleh Cokorda Gede Agung Sukawati, dari Puri Agung Ubud. Sekarang karya mereka bisa dilihat di Museum Puri Lukisan, Ubud.Selain dikenal sebagai kota para seniman, Ubud adalah sebuah tempat peristirahatan yang memiliki kawasan wisata yang sangat beragam dan menarik, mulai dari wisata alam hingga wisata budaya tersebar di kawasan Ubud, seperti pemandangan terasering persawahan, petualangan Rafting di sungai Ayung, wisata alam Monkey Forest, istana Kerajaan Ubud, museum lukisan, pasar seni tradisional dan pemandangan perbukitan di bukit Campuhan. Anda juga bisa menikmati suasana pedesaan, pemandangan persawahan yang hijau menyegarkan mata sambil olahraga dengan naik sepeda.
Pusat pemerintahan Kerajaan Ubud pada zaman dahulu, serta sebagai pusat kegiatan seni budaya dan adat adalah Puri Agung Ubud Krisnakusuma yang terletak tepat di jantung kota Ubud. Puri Ubud ini masih memiliki tata ruang dan bangunan yang dipertahankan seperti aslinya. Di halaman depan, setelah pintu gerbang, terdapat area yang disebut Ancak Saji. Disini seminggu sekali diadakan pertunjukan seni tari, bagi wisatawan yang dipertunjukkan di tepat di depan puri. Dan setiap hari, dilaksanakan latihan gamelan dari berbagai kelompok seni musik yang ada di Ubud. Semua aktivitas seni ini semakin menjadikan suasana Ubud sebagai sebuah desa yang berwawasan kesenian dengan paduan pesona alamnya yang menawan. Untuk seni tabuh dan tari, Puri saren adalah pusatnya, di puri inilah lahir gamelan ”Sakeha Gong Sadha Budaya” yang pernah melawat ke Eropa dan negara-negara Asia. Puri Saren Ubud juga secara rutin menyajikan pertunjukan tari dan tabuh buat wisatawan.
Kedatangan pelukis Walter Spies and Rudolf Bonnet kemudian memperkenalkan teknik melukis gaya Eropa kepada pelukis lokal disini dengan gaya pencahayaan pada lukisan. Nah, gaya lukisan tersebut kemudian dikombinasikan oleh para seniman lokal yang kemudian dikenal dengan lukisan gaya Ubud. Lukisan tersebut bisa dilihat dikedai-kedai dan gallery seni ubud. Ubud juga telah menarik hati Antonio Blanco untuk melukis dan kemudian mendirikan museum Blanco.
Museum seni rupa pertama adalah museum Ratna Warta yang diprakarsai oleh Cokorda Gede Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad serta seniman asing yang menetap di Ubud, Rudolf Bonnet. Berdiri pada 31 Januari 1956 dibawah naungan Yayasan Ratna Warta, dan di buka secara resmi oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Yamin. Di museum ini bisa dinikmati perkembangan seni rupa di Ubud, baik seni lukis maupun seni pahat. Beberapa karya dari para seniman asing yang berkarya di Ubud seperti: Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smit serta maestro lokal seperti I Gusti Nyoman Lempad, I Gusti Made Deblog, Ida Bagus Made dan yang lainnya. Termasuk juga karya seni rupa pada masa Pita Maha. Gallery dan museum lainnya yang ada di seputaran ubud yaitu, Antonio Blanco Gallery, Lempad Gallery, Neka art Museum, Museum Rudana.
Di sini pula Elizabeth Gilbert, penulis Novel laris yang berjudul “Eat Pray Love" mencari keseimbangan hidup dan spiritualitas hinga akhirnya ia menemukan cintanya. Dari Ubud lah dia memulai petualanganya di pulau dewata Bali, sebuah pulau yang menarik perhatian Elizabeth Gilbert karena kekayaan dan pesona alamnya yang indah, seni budaya yang unik dan masakannya yang khas, di pulau Bali lah ia menemukan semuanya. Ikuti jejak langkah Elizabeth Gillbert dalam perjalanannya di Ubud, Anda dapat merasakan keindahan Ubud seperti yang dia rasakan. Seperti yang ia gambarkan pada Novel “Eat Pray Love” yang bercerita tentang pengalamannya selama lebih dari satu tahun tinggal di Italia, India dan Indonesia dalam pencariannya terhadap keseimbangan batin dan pemenuhan spiritual dalam kehidupannya. Tinggal di tempat yang dikelilingi oleh pemandangan yang subur dan hijau, berteman dengan orang-orang lokal Ubud, Liz belajar bagaimana menemukan keseimbangan dan makna hidup yang sebenarnya. Novel itu kemudian di angkat ke layar lebar dalam film "Eat, Pray, Love", yang di bintangi aktris terkenal Julia Roberts.
Di Ubud banyak terdapat falitas akomodasi berupa hotel-hotel mewah yang artistik, dan juga akomodasi ekonomis yang bisa menjadi alternatif pilihan bagi para wisatawan.
Desa Batubulan
Wisata desa di Gianyar salah satunya adalah Desa Batubulan yang merupakan desa perbatasan antara Gianyar dan Badung, dari Denpasar jaraknya sekitar 8 Km. Batubulan terkenal kerajinan patung batunya. Disepanjang jalan utama berjejer toko-toko kesenian yang memajangkan patung batu padas. Patung-patung tersebut umumnya digunakan untuk kepentingan tempat suci atau sarana religi. Hasil seni patung itu juga dimanfaatkan untuk hiasan taman. Selain patung batu cadas, batubulan indentik dengan Tari Barong atau Barong Dance. Di desa ini terdapat 3 panggung terbuka (Tegal Tamu, Puri Agung dan Pura Puseh Bendul), tempat tari barong dipentaskan tiap hari, mulai pukul 10.00, dengan penonton utama para wisatawan Grup pertunjukan tari barong mulai berkembang sekitar tahun 1970-an dengan segala persfektifnya sampai sekarang. Sejalan dengan perkembangan pariwisata dan kejelian penduduk menangkap peluang, di Batubulan kini juga bisa dilihat pemasaran hasil kerajinan perak/emas, gerabah, meubel dan atau komponen rumah antik.
Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta Barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong.
Desa Celuk
Desa Celuk merupakan pusat kerajinan emas dan perak di kabupaten Gianyar yang terkenal selain Batubulan. Hasil kerajinan emas dan perak disini bermutu tinggi serta asli buatan tangan pengrajin yang paham betul cara pembuatannya. Sedikitnya 1.700 s/d 2.500 pengrajin yang bertahan hidup hanya mengandalkan kemampuannya membuat barang-barang kerajinan emas dan perak di Celuk. Keahlian ini diperoleh turun temurun dari orang tuanya.Kedai-kedai seni yang menjual perhiasan emas dan perak (bros, gelang, kalung, cincin dan sebagainya) berjejer di sepanjang jalan utama Desa Celuk. Produksi kerajinan Celuk sudah lama menembus pasaran ekspor. Desainnya pun berkembang sebagai perpaduan bakat seni lokal Celuk dan selera pasar internasional yang di perkenalkan melalui wisatawan mancanegara.
Desa Sukawati
Seperti juga di desa-desa lainnya di Bali, di Sukawati inipun dapat dijumpai pematung, pelukis, penari dan bahkan dalang seni wayang Kulit. Desa Sukawati berjarak sekitar 18 km dari ibukota Denpasar Bali dan dapat ditempuh dalam waktu kira kira 30 menit menggunakan kendaraan bermotor, 30 km dari kawasan Kuta dan kurang lebih 90 menit perjalanan dari bandara Ngurah Rai Bali. Desa Sukawati ini terkenal akan pasar seninya yakni Pasar Seni Sukawati (Sukawati Art Market). Pasar Seni Sukawati sudah ada sejak lama namun baru di era tahun 80-an pasar ini menjual dan memasarkan produk kerajinan tangan yang menjadi ciri khas Bali, selain sebagai pasar induk. Sampai saat ini Pasar Seni Sukawati menjadi salah satu pilihan yang menarik sebagai objek wisata belanja yang ada di Bali. Wisatawan domestik dan mancanegara, siswa-siswa yang berdarmawisata, kerap berhenti disini untuk membeli oleh-oleh dari Bali.Di pasar Sukawati banyak terdapat kedai-kedai seni yang menjual berbagai hasil kerajinan. Pasar seni Sukawati menawarkan barang-barang kerajinan yang berkualitas dengan harga relatif murah. Wisatawan bisa menawar barang-barang kerajinan yang hendak dibeli. Terdapat berbagai bentuk karya seni, kerajinan tangan unik dan menarik yang dijual dan dipasarkan seperti : lukisan, baju Barong, sarung/kain pantai, patung patung, tas, dompet, payung, sandal, bed cover, kalung dan berbagai bentuk kerajinan tangan lainnya. Pasar Seni Sukawati buka dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore, sebelum mereka memulai beraktifitas terlebih dulu bersembahyang. Setiap hari pasar ini selalu ramai dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat, juga para wisatawan yang bertujuan berbelanja dan membeli kerajinan khas Bali untuk di jadikan sebagai koleksi, atau souvenir buat saudara, keluarga, teman dan kolega. Pasar Seni Sukawati tutup saat Hari Raya Nyepi dan Galungan.
Bila ingin belanja di Pasar Seni Sukawati sebaiknya datang di pagi hari karena pedagang disana menganggap dan percaya bila orang pertama datang dan membeli barang dagangan mereka diangggap awal yang baik mendapatkan penglaris dan akan mempermudah jualan mereka di siang hari, biasanya pembeli pertama bisa mendapatkan harga relatif lebih murah. Di Pasar Seni Sukawati juga berlaku tawar menawar dalam transaksi jual beli seperti halnya pasar seni atau pasar tradisional lainnya. Kita tidak pernah tahu berapa harga yang pasti karena setiap pembeli mendapatkan harga yang berbeda. Jangan malu atau sungkan untuk melakukan tawar menawar harga sehingga mendapatkan harga yang sesuai dengan harapan anda, penjual tidak akan marah kalau kita menawar dengan harga rendah, itu sudah menjadi tradisi disana. Disepanjang Pasar seni Sukwati di sebelah Selatannya juga terdapat Pasar seni Guwang di buka sejak tahun 1996.
Desa Mas
Desa Mas dapat ditempuh sekitar 20 Km utara Denpasar atau 6 Km sebelum Ubud, desa ini terkenal sebagai desa ukiran kayu. Seni kerajinan patung kayu sudah berkembang sejak lama di Mas, tapi secara komersil baru berkembang tahun 1970-an ketika wisatawan mulai berdatangan ke Bali. Berbagai produk kerajinan kayu seperti meja, perabot rumah tangga, patung, pernak-pernik dapat ditemukan di desa Mas ini. Harganya pun bervariasi tergantung dari kerumitan dan lama pekerjaan pembuatan ukiran kayu, ada
yang membuat meja kayu dengan ukuran kurang lebih 1 meter x 2.5 meter tebal meja 25 cm dengan harga hingga puluhan juta rupiah.Pematung-pematung berkaliber lahir di Mas seperti Ida Bagus Nyana, Kemudian anaknya yang bernama Ida Baqus Tilem (almarhum). Selain patung-patung dengan kualitas seni tinggi, di Mas juga berkembang patung-patung buah, bunga,dan binatang gaya baru yang pop art . Untuk patung buah-buahan yang realistik I Nyoman Togog adalah tokohnya yang sangat terkenal. Karena keahliannya dia mendapat Anugrah Upakerti dari presiden Soeharto. Desa Mas juga memiliki daerah persawahan terbentang luas yang hijau memesona.
Desa Tegalalang
Objek wisata Desa Tegalalang dikenal dengan wisata alamnya yang indah dan eksotis, yaitu wisata alam pemandangan persawahan yang bersusun-susun (Terasering Ceking ), yang berada di lereng bukit yang curam. Desa Tegalalang terletak di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Perjalanan ke Tegalalang ditempuh dengan menggunakan mobil sekitar 20 menit dari Ubud dan 1 jam dari Denpasar. Ketika masuk musim tanam padi, pemandangannya akan terlihat lebih indah dengan nuansa hijau yang dominan. Nuansa hijau dari persawahan ini akan memberikan sebuah perasaan sejuk dan damai bagi wisatawan. Banyak wisatawan yang datang untuk berlama-lama menikmati keindahan pemandangan alam di Desa Tegalalang. Pemandangan alam indah ini dapat ditemukan dipinggir jalan disepanjang jalan menuju Desa Tegalalang.Daerah persawahan Terasering Ceking Tegalalang memiliki pemandangan yang indah dengan sawah hijuanya yang bertingkat tertata apik dan rapi buah tangan para petani. Udara sejuk dan nyaman yang akan membuat anda terbuai. Di obyek wisata ini akan dapat dilihat para petani yang sedang membajak serta memelihara sawah mereka di daerah perbukitan yang miring lengkap dengan sistim irigasinya yang terus mengalirkan airnya dari pegunungan. Ceking Terrace ini merupakan satu obyek wisata alam yang saat ini ramai dikunjungi oleh wisatawan setiap hari. Banyak wisatawan datang dari dan ke Kintamani singgah di tempat ini untuk menyaksikan keindahan pemandangan sawah berteras menghijau sembari makan siang atau menikmati kudapan khas Bali ditemani minuman kelapa muda dingin yang nikmat.
Selain dikenal dengan pemandangan alam persawahannya yang indah, Desa Tegalalang, khususnya di Banjar Sapat, juga dikenal sebagai desa sentra kerajinan kayu di Bali. Banyak hasil dari kerajinan kayu dihasilkan, seperti hasil kerajinan kayu berupa patung burung yang dibuat dari kayu albasia atau kayu sengon. Digunakannya kayu albasia atau sengon, karena selain kayunya ringan juga mudah dibentuk serta tahan lama.
Dalam perjalanan pergi atau pulang dari sawah indah Tegalallang ratusan toko-toko kerajinan dan manufaktur akan Anda lewati. Aneka kerajinan tangan berbentuk jerapah, kucing-kucingan, dolphin, yang terbuat dari kayu atau besi. Ada juga beragam lukisan dan aneka model tas dari beragam bahan, ukiran batu padas kecil, ukiran kayu murah meriah, topeng kayu, beragam kerajinan tangan dari kaca yang dibentuk menjadi vas bunga, botol unik, piring-piring, semuanya ada di sini. Toko dan showroom ini berjejer sepanjang 10 km, wilayah ini tumbuh subur menjadi sentra kerajinan seni. Barangkali hanya kecamatan ini yang memiliki deretan art shop terpanjang di dunia.
Beberapa hotel yang dapat Anda jadikan referensi bila ingin bermalam di Tegalalang seperti Alam Sari Keliki, Bagus Jati, Varja.
Mongkey Forest
Monkey Forest (Wanara Wana) atau Hutan Kera adalah cagar alam dan komplek candi, merupakan kawasan hutan sakral yang terdapat di kawasan Ubud, tepatnya masuk ke dalam wilayah desa adat Padangtegal, Ubud. Di hutan ini terdapat sekawanan kera yang jumlahnya ratusan, yang telah menghuni kawasan ini selama ratusan tahun yang dikenal sebagai Kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Jalan Monkey Forest merupakan jalan utama ke Ubud. Di kawasan ini terdapat pula Pura Dalem Padangtegal serta Pura Madia Mandala, yang didirikan pada awal abad ke-20. Pura tersebut memiliki arsitektur serta ornamen yang sangat kuno dan artistik. Anda juga bisa mencari mata air suci di bawah Patung Komodo yg tersembunyi, yg mana bila diminum, dipecaya dapat menyembuhkan segala jenis penyakit.
Ketika Anda berada di Monkey Forest Sanctuary tetaplah berada di jalan yang biasa dilalui, jangan masuk ke daerah kawanan kera karena mungkin monyet-monyet disini merasa bahwa Anda mencoba untuk menyerang rumah mereka. Jangan memberi mereka makan kecuali Anda ditemani oleh pemandu yang mengawasi Anda. Dan ingat juga bahwa mereka makhluk yang ingin tahu, Jadi jaga barang bawaan Anda. Jika mereka "mengambil" salah satu item yang Anda bawa, mintalah bantuan pemandu untuk mengambilnya kembali.
Berbagai akomodasi penginapan tersedia di Ubud, muali dari yang sederhana sampai dengan vila pribadi. Pilihan terbaik untuk kenyamanan dan pelayanan di jalan Monkey Forest antara lain: Komaneka Resort dan KajaNe Mua Villa, Maya Ubud Resort & Spa dan Four Seasons Bali yang sedikit jauh. Terdapat toko-toko di Monkey Forest Ubud yang menawarkan berbagai macam perhiasan, keranjang, ukiran kayu, tekstil tenun ikat, lukisan dan perhiasan perak.
Bali Bird Park - Taman Burung Terbesar di Bali
Salah satu tempat wisata favorit di pulau Bali khususnya bagi keluarga dan anak-anak yaitu Bali Bird Park (Taman Burung Bali), berlokasi di Singapadu, Kecamatan Sukawati lebih kurang 12 Km dari Kota Denpasar. Kawasan Taman Burung ini terkenal akan koleksi burungnya yang langka dan merupakan ikon Bali, Jalak Bali (Starling). Di tempat ini para wisatawan dapat melihat beragam jenis burung baik burung asli Pulau Bali, seluruh Indonesia maupun burung dari Mancanegara. Burung-burung yang menghuni Taman Burung Bali ini ada yang ditempatkan di dalam sangkar dan ada pula yang dilepas di taman. Penempatan sangkar-sangkar ini diatur secara terpisah dan dikelompokkan berdasarkan masing-masing jenis untuk memudahkan mengenal dari mana asalnya. Selain sebagai taman burung di sini terdapat taman yang dirancang mirip hutan hujan (rain forest) yang cukup lebat dengan kelembaban udara terasa merasuk, karena rapatnya pohon-pohon. Di sini juga terdapat sejumlah telaga yang berisi ikan dan koleksi tanaman air, juga burung air, angsa hitam, flaminggo, pelikan, dan lain-lain. Di tengah telaga terdapat teratai raksasa Victoria regia yang sengaja didatangkan dari Florida Amerika Serikat.Taman Burung Bali memiliki koleksi sekitar 1.000 satwa burung dari 250 spesies unggas. Pengunjung taman burung berasal dari berbagai negara, seperti wisatawan asal Rusia, wisatwa asing kawasan Eropa, Asia, ustralia dan lain-lain. Dibuka pada Oktober 1995, taman burung itu terus dikembangkan dan ditambah koleksinya. Wisatawan bukan hanya bisa menikmati pesona burung-burung yang ada, melainkan dapat pula melihat pengembangbiakan burung sejak dari telur sampai menetas, saat-saat burung diberi makan, bahkan berfoto bersama sejumlah burung eksotis di tempat itu. Taman burung itu juga dilengkapi dengan restoran, kafe, dan toko yang menjual berbagai cenderamata yang berkaitan dengan burung. Berbagai jenis burung yang ada di Bali Bird Park diantaranya yaitu; burung asli Bali jalak putih, burung dari Irian dan papua Nugini; Kasuari, Burung Nuri, Burung hantu dan masih banyak jenis burung-burung lainnya.
Sungai Ayung Rafting
Bagi wisatawan yang tertarik mengikuti kegiatan rafting, salah satu tempat yang paling favorit di Bali yaitu di Sungai Ayung, Payangan dekat Ubud. Perjalanan dari Kuta ditempuh kurang lebih 1 jam. Rafting sungai Ayung dimulai dari daerah Payangan dan berakhir di Desa Kedewatan sejauh kurang lebih 12 km dan ditempuh selama kurang lebih 2 jam untuk mengarungi arus di sungai ini. Boat yang tersedia untuk mengarungi sungai Ayung bisa menampung 4 orang + 1 instruktur. Setiap boat akan ditemani oleh seorang instruktur. Kegiatan ini cocok untuk keluarga bahkan untuk anak-anak sangat aman, karena arusnya tidak terlalu deras dan juga jeramnya tidak terlalu menukik. Rafting di sungai Ayung dikelola oleh operator yang berpengalaman dan tentunya telah bersertifikasi, memberikan perlindungan asuransi dan memiliki pelayanan yang menyenangkan.
Ketika sudah tiba di tempat stopping point (finish), kita bisa beristirahat dan menikmati shower, selanjutnya adalah menikmati hidangan makan siang.Sungai Ayung ini merupakan sungai yang sudah dikenal sejak dulu sebagi tempat rafting terbaik dan terfavorit di Bali. Berarung jeram di Sungai Ayung memberikan sensasi berbeda dan sangat menantang untuk dicoba. Sepanjang perjalanan, wisatawan akan berhadapan dengan arus sungai yang cukup deras, air terjun dan batu - batu sungai yang besar-besar. Sepanjang perjalanan akan melalui pemandangan pematang sawah, dan suasana alam yang sangat alami. Di sekitar Sungai Ayung juga terdapat beberapa air terjun kecil yang dapat dinikmati selama mendayung perahu karet dalam berarung jeram.Yang spesial di Ayung Rafting selain jeram-jeram ini adalah saat foto-foto dengan background ukiran di batu-batu pinggir sungai dengan panjang hingga ratusan meter. Pemandangan ini hanya bisa didapatkan saat rafting bersama tim Ayung Rafting.
River Tubing
Aktivitas wisata yang seru lainnya di Gianyar Bali adalah River Tubing . Wisata alam ini akan mengajak kita berpetualang selama 1,5 jam di Tukad (sungai) Pakerisan, Tampaksiring. Bali River Tubing merupakan aktivitas yang mirip rafting, cuma dalam tubing boat yang digunakan berkapasitas 1-2 orang saja. Boatnya berbentuk seperti donat yang sedikit agak lonjong yang di dayung hanya menggunakan tangan dan guidenya berada di bout yang berbeda. River Tubing akan membawa anda berpetualang sejauh 4,5 kilometer menyusuri sungai pakerisan yang masih asri di mana sumber air sungai ini bermuara di pura tirta empul yang konon air ini di percaya sebagai air suci. Selama perjalanan anda akan melewati beberapa jeram yang menantang dan berhenti di beberapa air terjun. Selesai aktivitas anda akan menikmati makan siang yang telah di hidangkan.Taman Nusa: Jejak Arsitektur Indonesia dari Masa ke Masa
Taman Nusa adalah taman wisata budaya mengenai perjalanan sejarah Indonesia dalam hal bangunan atau seni arsitektur dari masa ke masa. Mengunjungi taman ini, Anda akan mendapat pengetahuan menyeluruh tentang budaya dari berbagai etnis Indonesia berlatarkan suasana alam Pulau Bali yang hijau. Taman ini baru dibuka pada 10 Juli 2013. Jika Jakarta memiliki Taman Mini sebagai taman replika Indonesia maka Bali memiliki Taman Nusa. Taman Nusa terletak di Desa Sidan, Gianyar, bagian tenggara Bali. Mencakup area seluar 15 hektar, taman wisata budaya ini berlatarkan sisi pegunungan yang hijau, panorama persawahan, hutan, jurang, serta Sungai Melangit. Taman Nusa dibangun dengan mengusung misi menjadikan taman budaya sebagai sarana pelestarian, rekreasi dan pendidikan bagi pengunjung baik lokal maupun mancanegara yang ingin memahami budaya Indonesia dengan cara lebih interaktif.Taman Nusa dapat ditempuh sekira 45 menit hingga 1 jam berkendara dari Denpasar. Anda bisa naik taksi bandara, menyewa mobil atau motor untuk menuju ke sana. Anda juga dapat juga mendaftar pada tur yang memasukkan Taman Nusa dalam daftar destinasinya. Tur tersebut biasanya juga mencakup perjalanan ke Ubud. Konsep pembangunan Taman Nusa ini adalah menampilkan perjalanan waktu bangsa Indonesia dari masa ke masa. Semua tahapan masa tersebut diwakili oleh bentuk karya yang menggambarkan masa saat itu. Di tempat ini Anda dapat memahami perjalanan bangsa ini mulai dari zaman pra-sejarah, masa perunggu, masa kerajaan, Indonesia awal, Indonesia merdeka, Indonesia masa kini, dan Indonesia masa depan.
Terdapat pula Kampung Budaya dimana ada lebih dari 60 rumah tradisional yang dibangun dengan penataan sedemikian rupa sehingga menyatu dengan alam Bali. Mengunjungi kampung ini, Anda berkesempatan mengenal berbagai etnis, budaya dan kerajinan serta kesenian Indonesia. Rumah tersebut mencakup rumah dari Nias, Batak Danau Toba, rumah Dayak di Kalimantan, Toraja di Sulawesi, pendopo Jawa, Bali dan masih banyak lagi. Beberapa bangunan yang mewakili tiap masa dicirikan arsitektur dengan fitur Buddha, unsur Islam, rumah kolonial Belanda, serta pengaruh China untuk arsitektur modern dan Hindu.
Pura Goa Gajah
Pura Goa Gajah terletak disebelah barat desa Bedulu atau sekitar 6 Km timur Ubud. Di tempat ini ada goa dan Pura berikut kolam tempat pertirtaan, yang berisi pancuran. Nama Goa Gajah di duga berasal dari kata “Lwa Gajah”, nama Wihara atau pertapaan bagi biksu dalam agama Budha. Nama tersebut terdapat pada lontar Negarakertagama yang disusun oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Kata Lwa atau Lwah (Loh) memiliki arti sungai. Oleh karena itu, yang dimaksud di sini adalah pertapaan yang terletak di Sungai Gajah atau di Air Gajah. Dalam prasasti tahun 1103 Saka yang dikeluarkan oleh Raja Jayapangus disebutkan bahwa ‘Air Gajah’ adalah pertapaan bagi Pendeta Siwa. Goa Gajah di kelilingi area persawahan dengan ke indahan ngarai sungai Petanu, susasananya masi asri dan hijau. Menurut catatan sejarah, tempat wisata Goa Gajah pertama kali ditemukan oleh sarjana Belanda, Prof. Gorris dan Eting pada tahun 1923. Goa ini berbentuk huruf T dengan Arca Ganesha berbadan manusia namun berkepala gajah di sebelah kiri goa. Tempat ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan untuk melihat peninggalan dari jaman purba kala Bali. Jaraknya dari Denpasar Kurang lebih 26 Km, berada pada jalur wisata Denpasar - Tampaksiring - Danau Batur - Kintamani.
Goa Gajah adalah merupakan pusat Kerajaan Bali Kuno, peninggalan kerajaan Bedulu yang dibangun pada abad ke-11 M, pada masa pemerintahan Raja Sri Astasura Ratna Bumi Banten raja Bedulu. Goa ini dijadikan sebagai tempat pertapaan, yang dibuktikan dengan adanya ceruk-ceruk di dalam goa. Kekunaan disini bisa dilihat dari Peninggalan Purbakalanya. Di pelataran Pura Goa Gajah terdapat Petirtaan Kuna 12 x 23 M2, terbagi atas tiga bilik. Dibilik utara terdapat tiga buah Arca Pancuran dan di bilik Selatan ada Arca Pancuran pula, sedangkan di bilik tengah hanya terdapat apik arca.
Di sekitar goa juga terdapat kolam pertitaan dengan tujuh patung widyadara-widyadari yang sedang memegang air suci. Yang tersisa hanya 6 patung saja, satu patung menurut petugas dipindahkan ke lokasi lain, akibat gempa beberapa tahun yang lalu. Enam patung ini merupakan symbol dari 7 sungai suci di India, yang merupakan tempat kelahiran agama Hindu dan Budha.
Pembangunannya dimulai abad ke 10 atau 11 berdasarkan prasasti yang dipahatkan pada dinding timur dari mulut goa berupa tulisan memakai huruf Kediri Kwadrat. Tempat pertapaan Goa Gajah diyakini merupakan bentuk tiruan dari pertapaan Kunjarakunja yang ada di India Selatan, maka relief yang dipahatkan pada pertapaan Goa Gajah adalah pahatan-pahatan alam pegunungan.
Bagian dalam ruangan utama memiliki 11 buah ceruk (tempat bertapa) berbentuk horisontal. Pada ujung barat terdapat arca Dewa Ganesha, sedangkan di ujung timur terdapat 3 buah lingga dan masing-masing lingga tersebut di kelilingi lingga kecil. Pada bagian sebelah timur dapat ditemukan goa alami dan jenis patung-patung Budha serta pahatan-pahatan batu tebing yang sebagian besar telah jatuh di pinggiran sungai yang juga akibat gempa bumi.
Relief Kuno YEH PULU
Relief Yeh Pulu berada di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar. Dari Gianyar berjarak sekitar 8,4 km dimana objek wisata ini berada di jalur wisata Denpasar - Tampaksiring - Kintamani. Panjang relief ini kira-kira 25 m dan tingginya 2 M. Inilah relief terpanjang yang pernah di temukan di bali. Sejauh ini kondisi relief Yeh Pulu masih baik. Pertama kali ditemukan oleh seorang punggawa Kerajaan Ubud pada tahun 1925. Relief ini terbentang dari utara ke selatandan berkhir dengan ceruk pertrapaan. Serta dibatasi oleh pahatan ganeca. Dan di pahatan tersebut tampak deorang laki-laki yang mengangkat tangan, orang membawa pikul, orang menyembah, orang naik kuda dan sebagainya. Di duga relief ini berasal dari abad ke XV. Sayang sekali hingga kini belum diketahui benar cerita tersebut. Penelitian mengenai situs ini sampai kinipun masih terus dilakukan, hal ini menandakan bahwa di lokasi ini masih banyak hal-hal yang belum tergali.Nama Yeh Pulu diambil dari gentong yang berdiri tepat di tengah sumber air yang disucikan yang berada di sebelah barat relief, berasal dari dua kosakata yakni “Yeh” yang memiliki makna air dan “Pulu” yang bermakna gentong. Relief Yeh Pulu paling tidak memiliki lima fragmen dengan kandungan cerita yang berbeda-beda. Namun relief-relief tersebut memiliki garis besar yakni bercerita tentang Krishna sebagai inkarnasi Bhatara Wisnu.
Pura Gunung Kawi
Pura Gunung Kawi ini ditemukan pada tahun 1920, terletak di Desa Tampaksiring tidak jauh dari jalan raya menuju Istana Tampaksiring. Komplek Pura Gunung Kawi sangat luas dan terbagi dua karena dipisahkan oleh Sungai Pakerisan. Disini terdapat dua kelompok candi tebing yang terdiri dari lima buah candi yang terdapat di sebelah timur sungai. Diantara kelompok ini ada yang memuat prasasti yang memakai huruf tipe kediri yang diduga berasal dari abad XI masehi. Pada kelompok yang kedua terdapat di sebelah barat sungai terdiri dari empat buah candi tebing dan ceruk-ceruk pertapaan atau wihara, demikian juga halnya dengan candi yang disebelah timur sungai. Di sudut tenggara terdapat juga ceruk-ceruk pertapaan. Disebelah barat juga ada dan candi tebing yang sangat terkenal dengan nama Makam X, yang pada bagian pintunya juga memuat prasasti memakai huruf kediri. Menurut perkiraan komplek Gunung Kawi ini didirikan oleh Raja Anak Wungsu. Pura Gunung Kawi juga banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Konon pada jaman pemerintahan Raja Mayadenawa yang sangat bengis dan tidak percaya adanya Tuhan, daerah ini merupakan lintasan pelarian Raja Mayadenawa dengan para pengikutnya menuju Desa Taro, setelah terdesak dalam peperangan melawan para dewata yang mengejarnya. Karena ketakutan dengan pengikut Raja Mayadenawa, maka penduduk asli semuanya lari tunggang langgang, dan terpeleset diantara bebatuan pegunungan (sauh di batu). Sadar akan penduduk asli yang tidak berdosa dan dalam bahaya, maka Dewa Wisnu memberikan sumber kehidupan bagi penduduk yang tidak berdosa dalam wujud Air Suci. Sebagai ucapan rasa syukur penduduk maka di tempat ini dibangun Pura tempat pemujaan Dewa Wisnu yang dikenal dengan Pura Gunung Kawi yang dilengkapi dengan pancuran - pancuran beraneka fungsi seperti untuk air suci, mandi, dan lain - lainnya. Candi Tebing yang lain di Sungai Pakerisan adalah Candi Tebing Kerobokan, Candi Tebing Tegallingah dan diluar tempat itu adalah di Jukut Paku (Singakerta, Ubud) dan Tambahan (Bangli).
Pura Tirta Empul
Pura Tirta Empul berjarak sekitar 36 km dari Denpasar, terletak tepat di sebelah Istana Presiden di Tampaksiring Bali yang dulu dibangun oleh presiden Soekarno. Sebuah prasasti Batu yang masih tersimpan di Desa Manukkaya menyebutkan Pura ini dibangun oleh Sang Ratu Sri Candra Bhayasingha Warmadewa di dewa di daerah Manukaya. Prasasti ini memuat angka tahun 882 caka (960 masehi). Di sini terdapat sebuah mata air yang sangat besar, yang hingga sekarang dikeramatkan oleh penduduk setempat dan juga untuk melukat oleh masyarakat dari seluruh pelosok Bali. Di pura ini terdapat sebuah lingga-yoni dan arca lembu. Pura Tirta Empul terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali.Pura Tirta Empul ini juga merupakan salah satu situs peninggalan sejarah di Bali khususnya Gianyar. Secara Etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan, sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Seperti biasa pura - pura di Bali, pura ini dibagi atas tiga bagian yang merupakan jaba pura ( halaman muka ), jaba tengah ( halaman tengah ), dan jeroan ( halaman dalam ). Pada jaba tengah terdapat 2 ( dua ) buah kolam persegi empat panjang dan kolam tersebut sudah mempunyai 30 pancuran yang berderet dari timur ke barat menghadap ke selatan.