ARGOPURO : WANITA CANTIK BERKAKI KUDA
Gunung Argopura disebut juga sebaga Gunung Hyang. Terletak di sebelah kiri Gunung Ijen, gunung ini bisa dilihat jelas dari tiga wilayah, Bondowoso, Probolinggo, dan Jember. Gunung ini dikenal angker. Di sana sering muncul wanita cantik berkaki kuda. Dia menggoda siapa saja yang jahil.
DariI kejauhan, Gunung Argopuro seperti menyendiri. Puncaknya gundul, diselimuti kabut. Pohon besar memang seperti tak tumbuh. Hanya semak-semak yang ada, dan memungkinkan gunung ini terlihat secara telanjang dari kaki hingga puncaknya.
Gunung Argopuro bagi pendaki sangat enak untuk didaki. Medannya tak begitu membahayakan. Pemandangannya sangat indah. Dan, ke mana mata memandang, kuntum-kuntum edelweis bertebaran merata. Memang, ini salah satu daya tarik gunung yang tegak bak pertapa itu.
Namun dalam peta mistik, gunung ini penuh misteri. Banyak kejadian aneh, pengalaman menakutkan pun sering dialami para pendaki. Misteri yang paling sering mengganggu adalah, rute perjalanan yang jelas tiba-tiba hilang dari pandangan. Ini yang membuat para pendaki gunung kehilangan arah dan tersesat di jalan.
Di antara sekian banyak kawasan angker di Gunung Argopuro, yang paling ditakuti adalah di bekas pendaratan pesawat terbang Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina. Di tempat ini banyak pantangan. Malah para pecinta alam sendiri harus berpikir panjang bila ingin mengambil bunga Edelwis. Sebab bila tidak, maka bencana diyakini akan datang. Tidak menemukan jalan pulang, tersesat, atau ditemui wanita cantik berkaki kuda, yang terus membuntuti jalannya.
Putri Rengganis
Gunung yang bisa dilihat dari tiga kabupaten ini tandus. Hanya ada hamparan padang rumput yang luas dengan bukit-bukit terjal. Pepohonan tak banyak tumbuh. Sebab habis dibabat Belanda dan kerajaan Majapahit saat membuka Kota Besuki.
Di tempat ini juga banyak menyimpan benda-benda bersejarah. Peninggalan putri kerajaan Majapahit, Dewi Rengganis. Untuk itu, gunung ini sangat cocok untuk pecinta alam. Tapi di sisi lain sangat berbahaya, karena kerapkali memakan korban.
Peristiwa itu pernah dialami mahasiswa pecinta alam Mahapala Palm Star dari Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAIN) Jember, bersama mahasiswa Nurul Jadid dalam rangka menaklukkan ketinggian Gunung Argopuro. Ketika akan berangkat mereka melakukan doa bersama agar selamat. Sepakat tidak merusak lingkungan. Tidak mengambil bunga Edelwis yang banyak tumbuh, serta tidak mengusik benda-benda bersejarah peninggalan putri Kerajaan Majapahit.
Mulanya mereka memang memegang amanat yang telah menjadi kesepakatan. Tapi sesampai di bekas lapangan pesawat terbang Belanda di Cikasur, areal Gunung Argopuro, sebagian anggota ekspedisi pecinta alam dari Nurul Jadid itu tergoda dengan keindahan bunga Edelwis (pohon kehidupan) yang banyak tumbuh.
Ia berniat memetiknya. Beberapa temannya mengingatkan. Namun mahasiswa Nurul Jadid itu malah emosi. Tidak percaya dengan cerita mistik yang menjadi kepercayaan masyarakat sekitar gunung ini. Dengan terpaksa, akhirnya teman-temannya membiarkan. Dan, edelwis indah itu pun dipetiknya.
Selang satu jam pendakian, mahasiswa Nurul Jadid itu tiba-tiba berjalan menyimpang. Ia meninggalkan rombongan mahasiswa STAIN Jember menuju kawasan hutan. Mahasiswa STAIN kebingungan. Mereka mencoba mencari dengan menelusuri jalan kuno yang dibuat Belanda di awal membuka perkebunan di kawasan Besuki. Sehari kemudian ia baru ditemukan dalam keadaan loyo dan stres berat.
Penduduk sekitar yang ikut membantu kemudian memberi saran, agar yang bersangkutan minta maaf kepada penunggu di Gunung Argopuro. Ketika hal itu sudah dilakukan, maka mereka pun tersadar dari stresnya. Apa yang dialami mereka? “Mahasiswa dari Nurul Jadid Probolinggo itu mengikuti wanita cantik berambut pirang yang sedang berjalan sendirian, tetapi kemudian diketahui berkaki kuda,” ujar Fajar Yanto, aktivis Mahapala Palm star STAIN Jember.
Berkaki Kuda
Baru-baru ini pengalaman serupa juga dialami pendaki gunung dari Jakarta dan Bogor. Karena sudah beberapa kali menaklukkan ketinggian gunung di Sumatra dan Kalimantan, mereka menolak saran warga, yang menyuruh bertindak hati-hati jika melewati Pos Cikasur dan bekas landas pacu pesawat.Tapi mereka malah dengan seenaknya tidur dan minum-minuman keras, sambil bergurau antarmereka. Tengah malam, ketika sedang main domino di dalam tenda, tiba-tiba mereka didatangi wanita cantik berkulit putih. Mereka senang didatangi wanita cantik. Dianggap rombongan lain, bule yang sedang melakukan penelitian atau pendakian.
Gadis itu dipersilakan ikut duduk. Diajak bicara ngalor-ngidul, dirangkul, dan diraba-raba sekitar dada sampai perut. Mereka berbuat tidak senonoh. Celakanya, bule perempuan itu tak menolak. Ia seperti menikmati kenakalan anak-anak nakal ini.
Tatkala gadis bule itu ditidurkan, hendak dikencani ramai-ramai, pemuda yang ada di bagian bawah tersentak. Wajahnya tiba-tiba pucat dan hendak lari tapi tidak bisa. Akhirnya ia merangkak, sambil berteriak-teriak histeris. Yang kemudian disusul temannya yang lain, dengan ekspresi yang sama. Ada apakah gerangan? Ternyata, gadis bule yang rupawan itu berkaki kuda.
Malam itu puncak Argopuro gaduh. Pendaki dari Jakarta ini berlarian minta perlindungan. Sedang pendaki yang berada di tenda lain terbegong-bengong, melihat ulah mereka yang dianggap lucu. Paginya mereka stres. Bahkan ada yang masih kesurupan. Dukun Gunung Argopuro lantas memberi jampi-jampi dan menyiram air ke seluruh badan mereka secara massal. Setelah siuman, mereka disarankan untuk pulang. Sebab jika tidak dikhawatirkan akan kesurupan lagi.
“Mahasiswa itu memang bandel, hanya mengandalkan rasionalitas saja. Maklum mereka merasa sudah kebal terhadap gangguan makhluk halus. Kalau sudah mengalami kejadian itu mereka baru percaya seratus persen atas keangkeran Gunung Argopuro,” ungkap Suwiryo, orang pintar dari lereng Gunung Argopuro.
Dari kejadian itu rombongan mahasiswa pecinta alam dari Jakarta dan Bogor mengurungkan niatnya melakukan pendakian lebih lanjut ke atas puncak Rengganis dan kawah Gunung Argopuro yang masih penuh misteri itu. Mereka tampak menyesal dengan ulahnya sendiri