Siapa yang tak kenal gunung satu ini. Keangkeran gunung ini makin populer setelah terjadinya kecelakaan hebat yang menyita banyak perhatian seluruh dunia. Semua mata memandang ke Indonesia. Kecelakaan pesawat jet Sukhoi yang menghilangkan nyawa seluruh penumpangnya terjadi pada 9 Mei 2012. Identifikasi terakhir menunjukkan Sukhoi Superjet 100 hilang sekitar 75 mil laut (139 km) selatan Jakarta pada pukul 14.33 WIB.
Sejatinya SSJ-100 buatan Rusia itu datang ke Indonesia dalam rangka demo flight. Mengenalkan produk baru dengan agenda bernama “ Joy Flight , Welcome Asia ! “. PT Tri Marga Rekatama selaku agen Sukhoi cabang Indonesia menyebar 100 undangan dengan target para pebisnis di bidang penerbangan, perusahaan dan tak ketinggalan media massa. Route demonstrasi ini adalah Bandara Halim Perdanakusumah-Pelabuhan Ratu-Bandara Halim Perdanakusumah. Kelompok terbang pertama dilakukan dengan mulus dengan durasi perjalanan antara 30 – 35 menit. Kelompok terbang kedua membawa 50 orang penumpang. Terdiri dari 42 orang undangan sedangkan sisanya merupakan crew pesawat Kloter kedua inilah yang mengalami bencana.
Menyadari hilangnya SSJ-100 , pemandu lalu lintas udara langsung mengumumkannya kepada public. Team SAR, TNI, pihak-pihak terkait dan masyarakat segera bergerak cepat melakukan konsolidasi, yakni menemukan SSJ-100 dalam keadaan apapun. Sayangnya hari telah malam sehingga pencarian darat dan udara hari itu gagal.
Pada tanggal 10 Mei pukul 09:00 WIB, pesawat pencari berhasil menemukan keberadaan SSJ-100 di Gunung Salak pada ketinggian 1.500 meter. Dari reruntuhannya yang sebagian besar masih utuh, diketahui pesawat itu sedang mengarah ke Jakarta. Laporan awal menunjukkan pesawat telah menabrak tebing di ketinggian 6.250 kaki. Pesawat kemudian terindikasi meluncur menuruni tebing hingga tersangkut di ketinggian 5.300 kaki. Semua menjadi cemas. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Akses lewat udara juga nampaknya tidak mungkin. Apa daya, team SAR harus mencapai tempat itu dengan cara jalan kaki. Dari sinilah cerita-cerita mistis ini bermula.
Gunung Salak, bagi para pecinta alam memang medan yang cukup berat. Baik secara fisik maupun mental spiritual. Dua orang penyelidik Rusia berusia muda dengan gagah berani menjawab tantangan ini. Dengan sepatu lars mahal dan kacamata hitam ala tentara Hollywood, mereka bergerak cepat menuju lokasi. Tubuhnya yang tinggi besar, berjalan melewati barisan manusia yang relative kecil. Melihat ini, dengan sopan anggota Komando Pasukan Khusus yang menjadi bagian tema SAR, mempersilahkan
keduanya lewat mendahului. Mereka lantas menghilang dari pandangan. Semuanya kembali nampak normal. Team SAR tetap berjalan ke arah tujuan secara santai namun serius. Namun kurang dari satu jam, tiba-tiba kegaduhan terjadi. Keduanya muncul kembali mengarah ke bawah. Mukanya pucat dan tegang. Masyarakat menjadi keheranan.
“ Lho, ada ape bos ? “ tanya salah satu anggota Kopassus.
Seluruh rombongan terdiam. Semuanya saling berpandangan. Suasana hening.
“ Ampun bro, ane nyerah bro. Pala ane pusing, bro. Kagak kuat … Nyerah bro. Ane nyerah bro“. Jawab salah satu orang bule Rusia itu. Tampangnya mewek seperti mau nangis. Tangannya garuk-garuk kepala. Lehernya melelet-lelet seperti orang kehausan.
Ya, begitulah kira-kira ilustrasi yang terjadi pada kedua penyelidik Rusia. Keduanya menyerah kalah pada kondisi gunung Salak. So, bisa anda bayangkan jika terjadi pertempuran di Gunung Salak. Pasti tentara-tentara bule ini sudah menangis kejang-kejang minta pulang kampung
Salah satu tradisi yang dijaga oleh masyarakat dan pendaki gunung adalah larangan untuk memetik bunga anggrek. Bunga ini memang tumbuh bebas di Gunung Salak. Boleh saja kita tidak percaya, namun silahkan tanggung sendiri akibatnya. Sejumlah laporan menunjukkan, tidak sedikit dari mereka yang melanggar pesan turun temurun ini mengalami kematian, kesialan, minimalnya mengalami penampakan yang tidak mengenakkan. Membawa trauma psikologis yang tidak mudah disembuhkan. Secara fisik korban-korban pelanggaran ini mungkin terlihat meninggal karena kekurangan oksigen, penyakit jantung, cuaca dingin akut atau hal lainnya. Namun secara spiritual, bisa jadi mereka mengalami serangan brutal dari mahluk-mahluk yang ribuan tahun tinggal di gunung Salak.
Jatuhnya SSJ-100 di wilayah Gunung Salak tak lepas dari kisah-kisah mistis yang menyertainya. Mulai dari permintaan pilot untuk menurunkan ketinggian, hilangnya sinyal pesawat dengan demikian saja, penyebab cuaca buruk yang ternyata oleh BMKG dianggap saat itu justru cerah, hingga kisah TIM SAR yang menemukan banyak keganjilan-keganjilan saat melakukan evakuasi.
Bagi para peminat dunia spiritual, Gunung Salak adalah area segitiga bermuda yang menyimpan banyak misteri seperti halnya yang ada di daerah Puerto Rico, America.
Sejatinya SSJ-100 buatan Rusia itu datang ke Indonesia dalam rangka demo flight. Mengenalkan produk baru dengan agenda bernama “ Joy Flight , Welcome Asia ! “. PT Tri Marga Rekatama selaku agen Sukhoi cabang Indonesia menyebar 100 undangan dengan target para pebisnis di bidang penerbangan, perusahaan dan tak ketinggalan media massa. Route demonstrasi ini adalah Bandara Halim Perdanakusumah-Pelabuhan Ratu-Bandara Halim Perdanakusumah. Kelompok terbang pertama dilakukan dengan mulus dengan durasi perjalanan antara 30 – 35 menit. Kelompok terbang kedua membawa 50 orang penumpang. Terdiri dari 42 orang undangan sedangkan sisanya merupakan crew pesawat Kloter kedua inilah yang mengalami bencana.
Menyadari hilangnya SSJ-100 , pemandu lalu lintas udara langsung mengumumkannya kepada public. Team SAR, TNI, pihak-pihak terkait dan masyarakat segera bergerak cepat melakukan konsolidasi, yakni menemukan SSJ-100 dalam keadaan apapun. Sayangnya hari telah malam sehingga pencarian darat dan udara hari itu gagal.
Pada tanggal 10 Mei pukul 09:00 WIB, pesawat pencari berhasil menemukan keberadaan SSJ-100 di Gunung Salak pada ketinggian 1.500 meter. Dari reruntuhannya yang sebagian besar masih utuh, diketahui pesawat itu sedang mengarah ke Jakarta. Laporan awal menunjukkan pesawat telah menabrak tebing di ketinggian 6.250 kaki. Pesawat kemudian terindikasi meluncur menuruni tebing hingga tersangkut di ketinggian 5.300 kaki. Semua menjadi cemas. Tak ada tanda-tanda kehidupan. Akses lewat udara juga nampaknya tidak mungkin. Apa daya, team SAR harus mencapai tempat itu dengan cara jalan kaki. Dari sinilah cerita-cerita mistis ini bermula.
Gunung Salak, bagi para pecinta alam memang medan yang cukup berat. Baik secara fisik maupun mental spiritual. Dua orang penyelidik Rusia berusia muda dengan gagah berani menjawab tantangan ini. Dengan sepatu lars mahal dan kacamata hitam ala tentara Hollywood, mereka bergerak cepat menuju lokasi. Tubuhnya yang tinggi besar, berjalan melewati barisan manusia yang relative kecil. Melihat ini, dengan sopan anggota Komando Pasukan Khusus yang menjadi bagian tema SAR, mempersilahkan
keduanya lewat mendahului. Mereka lantas menghilang dari pandangan. Semuanya kembali nampak normal. Team SAR tetap berjalan ke arah tujuan secara santai namun serius. Namun kurang dari satu jam, tiba-tiba kegaduhan terjadi. Keduanya muncul kembali mengarah ke bawah. Mukanya pucat dan tegang. Masyarakat menjadi keheranan.
“ Lho, ada ape bos ? “ tanya salah satu anggota Kopassus.
Seluruh rombongan terdiam. Semuanya saling berpandangan. Suasana hening.
“ Ampun bro, ane nyerah bro. Pala ane pusing, bro. Kagak kuat … Nyerah bro. Ane nyerah bro“. Jawab salah satu orang bule Rusia itu. Tampangnya mewek seperti mau nangis. Tangannya garuk-garuk kepala. Lehernya melelet-lelet seperti orang kehausan.
Ya, begitulah kira-kira ilustrasi yang terjadi pada kedua penyelidik Rusia. Keduanya menyerah kalah pada kondisi gunung Salak. So, bisa anda bayangkan jika terjadi pertempuran di Gunung Salak. Pasti tentara-tentara bule ini sudah menangis kejang-kejang minta pulang kampung
Salah satu tradisi yang dijaga oleh masyarakat dan pendaki gunung adalah larangan untuk memetik bunga anggrek. Bunga ini memang tumbuh bebas di Gunung Salak. Boleh saja kita tidak percaya, namun silahkan tanggung sendiri akibatnya. Sejumlah laporan menunjukkan, tidak sedikit dari mereka yang melanggar pesan turun temurun ini mengalami kematian, kesialan, minimalnya mengalami penampakan yang tidak mengenakkan. Membawa trauma psikologis yang tidak mudah disembuhkan. Secara fisik korban-korban pelanggaran ini mungkin terlihat meninggal karena kekurangan oksigen, penyakit jantung, cuaca dingin akut atau hal lainnya. Namun secara spiritual, bisa jadi mereka mengalami serangan brutal dari mahluk-mahluk yang ribuan tahun tinggal di gunung Salak.
Jatuhnya SSJ-100 di wilayah Gunung Salak tak lepas dari kisah-kisah mistis yang menyertainya. Mulai dari permintaan pilot untuk menurunkan ketinggian, hilangnya sinyal pesawat dengan demikian saja, penyebab cuaca buruk yang ternyata oleh BMKG dianggap saat itu justru cerah, hingga kisah TIM SAR yang menemukan banyak keganjilan-keganjilan saat melakukan evakuasi.
Bagi para peminat dunia spiritual, Gunung Salak adalah area segitiga bermuda yang menyimpan banyak misteri seperti halnya yang ada di daerah Puerto Rico, America.